Mie ongklok menjadi ikon kuliner khas Wonosobo yang terus mencuri perhatian wisatawan dan pecinta makanan tradisional. Hidangan berkuah kental ini tak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan cerita panjang mengenai budaya dan kearifan lokal masyarakat dataran tinggi Dieng. Di tengah maraknya kuliner modern, mie ongklok tetap bertahan sebagai sajian favorit yang tak lekang oleh waktu.
Sejarah dan Asal Usul Mie Ongklok

Masyarakat Wonosobo telah mengenal mie ongklok sebagai makanan tradisional sejak puluhan tahun lalu. Nama ‘ongklok’ berasal dari teknik memasaknya yang unik, yaitu dengan mencelupkan mie ke dalam air panas menggunakan saringan bambu kecil, lalu mengangkat dan mencelupkannya kembali berulang kali. Teknik ini disebut ‘meng-ongklok’, yang kemudian menjadi asal-usul nama mie ongklok.
Bahan utama mie ongklok terdiri dari mie kuning, irisan kol, dan daun kucai, yang kemudian pelayan menuangkan kuah kental berwarna cokelat di atasnya. Kuah ini terbuat dari campuran tepung kanji, ebi, bawang putih, kemiri, dan rempah-rempah khas. Perpaduan rasa gurih, manis, dan sedikit asin membuatnya sangat khas dan membedakannya dari mie kuah pada umumnya.
Sajian yang Tak Terpisahkan dari Sate Sapi dan Tempe Kemul

Tidak lengkap rasanya menikmati mie ongklok tanpa tambahan sate sapi dan tempe kemul. Penjual biasanya menyajikan sate sapi khas Wonosobo dengan bumbu kacang kental yang lembut, menambah kenikmatan saat pengunjung menikmati hidangan ini bersama mie ongklok. Sementara itu, tempe kemultempe goreng tepung berukuran lebar dengan lapisan tipis daun kucai sering menjadi pelengkap favorit bagi berbagai kalangan.
Hampir semua penjual mie ongklok menyajikan paket lengkap ini, baik di warung kecil pinggir jalan maupun restoran yang lebih modern. Sensasi makan tiga jenis sajian dalam satu waktu memberikan pengalaman kuliner yang kaya rasa dan memuaskan.
Daya Tarik Wisata Kuliner
Keunikan rasa dan cara penyajian mie ongklok membuatnya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Wonosobo. Banyak pengunjung dari luar daerah, bahkan mancanegara, yang penasaran mencicipi kuliner khas ini. Tidak sedikit pula yang menjadikannya sebagai oleh-oleh dengan membeli dalam bentuk kemasan instan atau membawa pulang bumbu racikan siap saji.
Salah satu lokasi yang terkenal dengan mie ongkloknya adalah Mie Ongklok Longkrang, yang sudah beroperasi sejak 1975. Warung legendaris ini menjadi langganan pejabat dan tokoh nasional saat berkunjung ke Wonosobo. Pengelola warung terus menjaga cita rasa otentik agar pelanggan tetap setia menikmati sajian klasik ini.
Upaya Pelestarian dan Inovasi
Pemerintah Kabupaten Wonosobo turut berperan dalam menjaga eksistensi mie ongklok sebagai warisan budaya kuliner. Melalui berbagai festival makanan daerah dan pelatihan UMKM, pemerintah mendorong generasi muda untuk melanjutkan usaha kuliner lokal ini. Tidak hanya itu, pelaku usaha muda juga mulai menggencarkan promosi digital melalui media sosial dan platform video.
Beberapa inovasi modern juga mulai bermunculan, seperti mie ongklok instan, mie ongklok kekinian dengan topping keju, hingga sajian mie ongklok vegan. Meskipun inovatif, para pelaku usaha tetap berusaha mempertahankan karakter utama dari rasa asli mie ongklok agar tidak kehilangan jati dirinya.
Mie Ongklok di Mata Wisatawan
Banyak wisatawan yang memberikan testimoni positif setelah mencicipi mie ongklok. Rata-rata mengaku terkesan dengan rasa kuah yang kental dan berbeda dari sajian mie kuah di daerah lain. Tekstur mie yang lembut berpadu sempurna dengan aroma ebi dan bumbu khas Jawa membuat hidangan ini terasa otentik dan membekas di lidah.
Menurut pengamatan SerambiKabar, beberapa pengunjung bahkan menyatakan rela kembali ke Wonosobo hanya untuk menikmati seporsi mie ongklok bersama udara sejuk pegunungan Dieng. Hal ini menunjukkan bahwa mie ongklok telah menjadi bagian penting dari identitas kuliner Wonosobo yang tak tergantikan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski popularitasnya cukup tinggi, mie ongklok tetap menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah persaingan dengan makanan cepat saji dan kuliner modern yang makin banyak disukai oleh generasi muda. Namun, upaya pelestarian budaya dan edukasi melalui sekolah maupun komunitas pecinta kuliner dapat menjadi solusi jangka panjang.
Pelaku usaha berharap pemerintah dan masyarakat terus mendukung keberlangsungan mie ongklok sebagai aset budaya dan ekonomi. Dengan mengombinasikan pelestarian rasa asli dan adaptasi terhadap tren pasar, banyak pihak percaya mie ongklok akan tetap eksis di masa mendatang.
Kesimpulan
Mie ongklok bukan sekadar makanan tradisional, melainkan simbol budaya dan identitas masyarakat Wonosobo. Dengan cita rasa khas, penyajian yang unik, serta perpaduan dengan sate sapi dan tempe kemul, sajian ini terus menarik minat lintas generasi. Dukungan dari masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah menjadi kunci penting untuk mempertahankan keberadaan mie ongklok di tengah arus modernisasi.
Baca artikel lainnya di serambikabar.my.id dan berinfo.my.id