Wingko Babat kembali menarik perhatian wisatawan setelah peningkatan permintaan terjadi di sejumlah sentra oleh oleh Jawa Timur. Kudapan tradisional ini di kenal memiliki cita rasa khas yang sulit digantikan oleh produk modern. Dalam laporan kali ini, redaksi mengulas sejarah, cita rasa, proses pembuatan, hingga peran UMKM dalam menjaga keberlangsungan kuliner khas Lamongan tersebut.
Popularitas Wingko Babat juga ikut mendorong wisatawan untuk menjelajahi ragam kuliner lain di Jawa Timur. Setelah mencicipi wingko, banyak pengunjung turut mengunjungi daerah lain untuk menikmati sajian seperti Bubur Ayam Bangkong yang kini semakin di kenal masyarakat. Keberagaman kuliner ini memperkaya pengalaman wisata gastronomi di kawasan timur Pulau Jawa.
Keberadaan kuliner tradisional seperti Wingko Babat, Bubur Ayam Bangkong, serta makanan khas lainnya membuat wilayah ini kian menarik sebagai tujuan wisata. Tren pencarian kuliner autentik terbukti mampu membuka peluang baru bagi usaha kecil dan menengah di berbagai kota.
Sejarah Wingko Babat

Wingko Babat berasal dari kecamatan Babat, Lamongan, yang sudah puluhan tahun di kenal sebagai daerah penghasil kudapan berbahan kelapa ini. Pada awalnya wingko dibuat sebagai makanan rumahan yang di panggang menggunakan tungku sederhana. Tradisi tersebut kemudian berkembang menjadi usaha keluarga yang bertahan dari generasi ke generasi.
Saat jalur dagang Pantura mulai ramai, wingko ikut terbawa oleh pedagang yang melakukan perjalanan antarwilayah. Dari sinilah Wingko Babat mulai di perkenalkan ke kota kota besar, terutama Surabaya dan Gresik.
Hingga kini wingko di anggap sebagai simbol kuliner klasik yang mampu mempertahankan kualitasnya. Banyak wisatawan yang sengaja singgah ke Babat hanya untuk membeli wingko langsung dari sentranya. Keberadaan wingko bahkan mulai diliput di berbagai media kuliner nasional.
Ciri Khas Rasa Wingko Babat

Keunikan rasa Wingko Babat terletak pada kombinasi gurih dan manis yang berasal dari kelapa segar. Cita rasa tersebut diperkuat dengan proses pemanggangan yang menciptakan aroma smokey dan tekstur lembut ketika dikunyah.
Produsen modern mulai menambahkan varian rasa untuk menarik konsumen, seperti cokelat, durian, pandan, atau nangka. Meski demikian, rasa asli tetap menjadi favorit karena memberikan pengalaman yang di anggap paling autentik oleh penikmat kuliner tradisional.
Popularitas wingko juga meningkat karena sifatnya yang mudah di padukan dengan berbagai minuman hangat. Banyak wisatawan yang mengaku bahwa wingko paling nikmat di santap dalam keadaan hangat setelah baru saja dipanggang.
Proses Pembuatan Wingko Babat
Pembuatan wingko di awali dengan pemilihan kelapa berkualitas untuk menghasilkan rasa terbaik. Kelapa di parut kemudian di campurkan dengan gula serta tepung ketan hingga menjadi adonan yang padat namun lembut. Campuran tersebut harus di aduk hingga merata agar tekstur wingko tidak berubah saat dipanggang.
Setelah adonan terbentuk, proses pencetakan di lakukan menggunakan loyang atau cetakan kecil berbentuk bulat. Proses ini cukup penting karena menentukan tampilan wingko ketika matang. Produsen UMKM biasanya masih mempertahankan bentuk klasik untuk menjaga ciri khas produk.
Tahap terakhir adalah pemanggangan yang di lakukan menggunakan oven atau alat panggang tradisional. Suhu yang stabil menjadi kunci untuk menghasilkan permukaan kecokelatan merata. Dari sinilah aroma khas wingko terbentuk sebelum akhirnya dikemas untuk dipasarkan.
Sentra UMKM Wingko Babat
Sentra produksi Wingko Babat tersebar di Babat, Lamongan, serta beberapa titik penjualan di Surabaya dan Gresik. UMKM di sektor ini bergerak secara mandiri maupun berkelompok dengan memanfaatkan warisan resep turun temurun. Aktivitas ini memberikan dampak ekonomi positif bagi warga lokal.
Pelaku UMKM juga memanfaatkan platform digital untuk memperluas pasar. Penjualan melalui marketplace dan media sosial membuat wingko semakin di kenal oleh masyarakat luar Jawa Timur. Banyak pembeli memesan dalam jumlah besar terutama menjelang musim liburan.
Perkembangan UMKM dalam memproduksi Wingko Babat turut mendorong kolaborasi dengan sektor wisata. Para pengusaha lokal membuka gerai khusus bagi wisatawan sehingga pengalaman membeli oleh oleh menjadi lebih menarik.
Wingko Babat sebagai Oleh Oleh Khas Jawa Timur
Wingko Babat sudah lama menjadi pilihan utama wisatawan yang berkunjung ke Jawa Timur. Bentuknya yang praktis dan daya tahan cukup baik membuat wingko mudah di bawa bepergian. Di bandara, terminal, serta pusat oleh oleh, wingko selalu menjadi produk yang di serbu pengunjung.
Daya tarik wingko juga terletak pada kisah tradisi di balik proses pembuatannya. Banyak wisatawan yang membeli wingko sebagai bentuk apresiasi terhadap pelaku UMKM lokal. Rasa wingko yang khas menjadi alasan utama mengapa produk ini selalu masuk daftar oleh oleh wajib.
Tingginya minat wisatawan terhadap kuliner tradisional membuka kesempatan bagi daerah lain untuk memperkenalkan makanan khas mereka. Sebagai contoh, hidangan populer seperti bakso malang turut menjadi rujukan eksternal yang sering di bandingkan dengan kuliner khas Lamongan.
Penutup
Wingko Babat terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu ikon kuliner Jawa Timur yang tidak lekang oleh waktu. Sejarah panjang, cita rasa khas, serta dukungan UMKM membuat wingko tetap di minati oleh wisatawan. Dengan strategi pemasaran yang semakin modern, di prediksi akan terus berkembang dan menjadi bagian penting dalam kekayaan kuliner Nusantara.
