Sen. Jul 21st, 2025
Apakah Jajanan Pasar Mulai Tergeser oleh Makanan Viral?

Beberapa tahun belakangan ini, dunia kuliner terasa makin cepat berubah. Dulu, kita bisa dengan mudah menemukan jajanan pasar seperti klepon, lupis, atau cenil di sudut-sudut kampung, pasar tradisional, atau bahkan di pinggir jalan saat pagi hari. Namun sekarang, makanan yang viral di media sosial seperti croffle, dessert box, atau korean garlic cheese bread mulai mendominasi perhatian. Apakah ini berarti jajanan pasar mulai tergeser?

Jajanan Tradisional Mulai Kalah Populer

Jajanan Tradisional Mulai Kalah Populer

Tanpa kita sadari, banyak generasi muda yang lebih mengenal nama-nama makanan hits ketimbang kue tradisional yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Kalau dulu anak-anak sekolah jajan kue lapis atau serabi di depan sekolah, sekarang mereka lebih memilih boba atau corndog yang lagi ramai dibicarakan di TikTok. Tren ini mencerminkan bahwa jajanan tradisional mulai kalah populer, terutama di kalangan anak muda.

Bukan berarti jajanan pasar tak enak atau tak layak jual. Justru dari segi rasa, banyak yang bilang kue tradisional lebih otentik dan bikin nostalgia. Tapi dalam dunia yang serba visual dan cepat seperti sekarang, tampilan dan tren punya pengaruh besar terhadap pilihan konsumen. Jajanan pasar sering tampil apa adanya, sementara makanan viral punya tampilan yang lebih “Instagramable”. Inilah yang membuat kue tradisional harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan tempatnya.

Fenomena Makanan Viral di Media Sosial

Fenomena Makanan Viral di Media Sosial

Kita tidak bisa mengabaikan kekuatan media sosial dalam membentuk tren makanan saat ini. Setiap hari, muncul video pendek yang memperlihatkan makanan unik, cara membuat yang menarik, atau rasa yang bikin penasaran. Konten seperti ini sering kali memicu keinginan banyak orang untuk mencoba, bahkan jika mereka sebelumnya tak pernah mengenal makanan tersebut.

Fenomena makanan viral di media sosial membuka jalan bagi banyak pelaku usaha baru. Makanan seperti odading, es kopi dalgona, atau donat Indomie adalah contoh suksesnya tren yang tercipta lewat media sosial. Meskipun hanya viral dalam waktu singkat, makanan ini bisa menggeser perhatian publik dari jajanan pasar yang sebenarnya punya sejarah panjang.

Perubahan Selera Masyarakat terhadap Jajanan

Zaman berubah, dan begitu juga dengan selera masyarakat. Gaya hidup yang semakin modern ikut memengaruhi pilihan makanan. Dulu orang merasa cukup dengan kue basah untuk teman ngopi. Sekarang, mereka lebih memilih dessert kekinian yang terasa lebih ‘up to date’.

Perubahan selera masyarakat terhadap jajanan juga dipengaruhi oleh kebiasaan konsumsi harian. Generasi sekarang lebih terbiasa dengan makanan yang bisa dibawa ke mana saja, praktis, dan tidak berantakan. Sayangnya, beberapa jajanan pasar seperti nagasari atau getuk tidak memiliki kemasan yang mendukung mobilitas tersebut.

Namun, perubahan selera bukan berarti semuanya negatif. Ini adalah peluang besar bagi para pelaku usaha kuliner lokal untuk melakukan inovasi. Banyak pelaku UMKM yang kini mulai mengemas ulang kue tradisional agar terlihat lebih modern dan kekinian. Bahkan ada yang memadukan rasa dan bentuk kue tradisional dengan gaya presentasi ala makanan viral. Strategi seperti ini bisa jadi jembatan agar kue pasar tetap dicintai lintas generasi.

Opini tentang Jajanan Pasar dan Makanan Viral

Kalau kita melihat lebih dalam, sebenarnya jajanan pasar dan makanan viral tidak harus saling menyingkirkan. Justru keduanya bisa saling melengkapi. Opini tentang jajanan pasar dan makanan viral adalah bahwa keduanya punya tempat masing-masing dalam dunia kuliner. Jajanan pasar bisa menjadi simbol budaya dan identitas lokal. Sementara makanan viral bisa menjadi pintu gerbang untuk memperkenalkan inovasi dan kreativitas.

Kuncinya ada pada cara penyajian dan pemasaran. Jika kue tradisional dikemas dengan lebih menarik, diberi nama unik, atau diviralkan lewat media sosial, bukan tidak mungkin dia bisa bersaing dengan makanan viral lainnya. Yang penting, pelaku usaha tidak hanya menjual rasa, tetapi juga pengalaman dan cerita di balik makanan tersebut.

Sebagai masyarakat, kita juga bisa ikut berperan. Dengan tetap membeli dan menikmati jajanan pasar, kita membantu menjaga eksistensinya. Sambil sesekali mencoba makanan viral, tidak ada salahnya tetap mencintai kue-kue tradisional yang sudah jadi bagian dari warisan kuliner Indonesia.

Kesimpulan

Jadi kesimpulannya, Apakah Jajanan Pasar Mulai Tergeser oleh Makanan Viral? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Jika kita hanya melihat tren sesaat di media sosial, mungkin jajanan pasar terlihat kalah pamor. Tapi jika kita melihat ke pasar tradisional, acara keluarga, atau hajatan di kampung, kue-kue tradisional masih tetap jadi primadona.

Pertanyaannya bukan hanya soal popularitas, tetapi juga soal pelestarian budaya. Jajanan pasar adalah bagian dari identitas kita. Jika kita membiarkannya tenggelam oleh tren sesaat, bisa jadi generasi berikutnya hanya mengenal kue-kue itu lewat foto lama.

Baca juga artikel lainnya di serambikabar.my.id dan sobatkabar.my.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *