Cilok tusuk, jajanan khas asal Jawa Barat yang berbahan dasar tepung tapioka. Kini menjelma menjadi peluang usaha yang menjanjikan di sektor kuliner. Awalnya hanya di kenal sebagai makanan jalanan sederhana, kini cilok hadir dalam beragam bentuk, rasa, dan kemasan. Bahkan di pasarkan secara daring dan masuk ke ranah industri rumahan berskala menengah.
Dalam lima tahun terakhir, geliat bisnis cilok tusuk semakin terasa seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap makanan tradisional yang di kemas secara lebih modern. Fenomena ini turut mendorong pertumbuhan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memanfaatkan popularitas cilok sebagai produk utama mereka.
Tren Makanan Tradisional Mendapat Tempat di Hati Konsumen

Cilok, yang merupakan singkatan dari aci dicolok. Telah mengalami transformasi dari sekadar jajanan pinggir jalan menjadi produk makanan yang memiliki nilai jual tinggi. Makanan ini kini hadir dengan variasi isian seperti keju, daging ayam, sosis, hingga cabai rawit. Disertai sambal kacang dan bumbu khas yang disesuaikan dengan preferensi konsumen.
Minat masyarakat terhadap makanan ringan yang praktis dan bernuansa nostalgia menjadi faktor utama pendorong peningkatan permintaan cilok. Berdasarkan pencarian terhadap produk cilok tusuk meningkat signifikan terutama di wilayah Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya. Produk ini tidak hanya di minati oleh pelajar, tetapi juga pekerja kantoran dan keluarga muda yang membutuhkan camilan cepat saji.
Inovasi dan Pemasaran Digital Mendorong Perkembangan

Pelaku usaha cilok tusuk kini semakin adaptif terhadap perkembangan zaman. Banyak dari mereka yang berinovasi dengan menghadirkan produk cilok dalam bentuk frozen food. Sehingga bisa dikirim ke berbagai kota dan di nikmati kapan saja oleh konsumen. Selain itu, tampilan kemasan yang menarik turut meningkatkan daya tarik produk di pasar digital.
Pemanfaatan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook menjadi strategi pemasaran utama. Pelaku usaha membuat konten promosi berupa video pembuatan cilok, testimoni pelanggan, hingga strategi potongan harga dan bundling produk. Di samping itu, banyak pelaku UMKM yang sudah terdaftar di platform pemesanan makanan seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood.
Produk makanan ringan seperti cilok menempati posisi tiga besar dalam kategori makanan UMKM paling di minati di platform penjualan daring selama tahun 2024.
Modal Kecil, Keuntungan Besar
Salah satu keunggulan bisnis cilok tusuk adalah modal awal yang relatif kecil namun dapat menghasilkan keuntungan cukup besar. Dengan bahan baku utama berupa tepung tapioka, air, dan bumbu dapur. Pelaku usaha sudah dapat memulai produksi rumahan dengan biaya kurang dari Rp1 juta.
Keuntungan bersih harian dari penjualan cilok dapat mencapai Rp200.000 hingga Rp500.000 untuk skala kecil. Bagi pelaku usaha yang telah memiliki gerai atau mitra reseller, omzet bulanan bisa menembus angka jutaan rupiah. Hal ini menjadikan cilok tusuk sebagai pilihan bisnis kuliner yang layak untuk dikembangkan, terutama bagi pemula di dunia usaha.
Sebagian besar pelaku usaha juga menerapkan sistem pre-order melalui media sosial dan e-commerce, sehingga dapat meminimalkan kerugian akibat produk tidak habis terjual. Strategi ini di anggap efektif dalam menjaga efisiensi operasional.
Dukungan Pemerintah dan Komunitas UMKM
Dinas Koperasi dan UKM di berbagai daerah turut memberikan dukungan nyata terhadap pelaku usaha cilok tusuk. Program pelatihan kewirausahaan, fasilitasi legalitas usaha, bantuan modal, hingga promosi di berbagai event kuliner menjadi langkah nyata dalam mendorong pertumbuhan usaha makanan tradisional.
Selain itu, komunitas UMKM di tingkat lokal juga aktif berbagi informasi terkait pengemasan, strategi branding, hingga cara mengajukan sertifikasi halal dan izin edar dari BPOM. Upaya ini semakin memperkuat posisi cilok sebagai produk kuliner yang bukan hanya enak. Tetapi juga aman di konsumsi dan layak bersaing di pasar modern.
Beberapa pelaku usaha cilok juga sudah mulai merambah pasar ekspor dalam bentuk frozen food melalui jalur komunitas diaspora Indonesia di luar negeri. Produk ini biasanya dikirim dalam bentuk kemasan beku berlabel resmi, dengan sertifikat halal dan izin edar yang lengkap.
Tantangan dan Potensi Jangka Panjang
Meskipun memiliki prospek cerah, bisnis cilok tusuk tidak lepas dari tantangan. Kualitas rasa dan kebersihan produk menjadi faktor penting yang menentukan keberlangsungan usaha. Selain itu, tingginya persaingan antar pelaku usaha menuntut kreativitas dalam menciptakan varian baru dan strategi promosi yang efektif.
Isu terkait keamanan pangan, seperti penggunaan bahan pengawet yang tidak sesuai standar, juga menjadi perhatian bagi pemerintah dan konsumen. Oleh karena itu, pelaku usaha perlu memastikan bahwa produk mereka memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang berlaku.
Meski demikian, dengan strategi yang tepat dan inovasi yang berkelanjutan, bisnis cilok tusuk di perkirakan akan terus berkembang. Peminat makanan tradisional yang praktis dan terjangkau masih sangat besar, terutama di kalangan milenial dan gen Z yang gemar mencoba camilan unik dan kekinian.
Kesimpulan
Cilok tusuk bukan lagi sekadar jajanan pinggir jalan, tetapi telah berevolusi menjadi komoditas usaha yang menjanjikan. Modal kecil, proses produksi sederhana, serta pasar yang luas menjadi kombinasi ideal bagi siapa pun yang ingin memulai usaha di bidang kuliner. Dengan dukungan digitalisasi dan kebijakan pemerintah, bisnis cilok tusuk berpeluang menjadi salah satu tonggak penggerak ekonomi kreatif di sektor UMKM.
Baca artikel lainnya di Serambikabar.my.id dan Berinfo.my.id